Pada 2019, pendapatan industri jasa pengiriman paket kecil di Indonesia mencapai 2,37 miliar dollar AS atau sekitar 30 persen dari total pendapatan industri jasa pengiriman paket kecil ASEAN.
Tak peduli dengan harga barang dalam paket yang terkadang lebih murah ktimbang ongkos kirim, paket kecil nyatanya telah menggerakkan ekonomi global, kawasan, dan sebuah negara.
Jasa pengiriman paket kecil (Small Package Delivery Services/SPDS) menjadi salah satu materi hangat dalam pertemuan para menteri bidang ekonomi ASEAN di Brunei Darussalam yang digelar secara hibrida pada 8-15 September 2021. Pertumbuhan SPDS tersebut menjadi salah satu indikator pertumbuhan sekaligus pijakan pengembangan regulasi e-dagang di kawasan Asia Tenggara. Dalam laporan bertajuk “OECD Competitive Neutrality Reviews: Small-Package Delivery Services in ASEAN”, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mendefinisikan paket ini berdasarkan beratnya dan kemudahannya ditangani satu orang tanpa menggunakan peralatan khusus. OECD juga menyebutkan, para pelaku logistik menggunakan batas maksimal berat paket kecil mulai dari maksimal 31,5 kilogram (kg) per paket dan 20 kg per paket (standar Universal Postal Union). Adapun di kawasan ASEAN belum ada definisi paket kecil yang seragam. Layanan pos nasional setiap negara anggota membedakan paket kecil dengan berat hingga 2 kg dan parsel dengan berat hingga 20 kg. Merujuk pada kategori ini, total pedapatan pasar ASEAN untuk pengiriman kurir, ekspres. dan parsel (CEP) pada 2019 schesar 7,92 miliar dollar AS. Dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 13,49 persen, pada 2025 nilainya bisa mencapai 16,91 miliar dollar AS. Perdagangan grosir dan eceran serta industri manufaktur berkontribusi terhadap pertumbuhan pasar SPDS ini, masing-masing sebesar 25 persen dan 26 persen. Pada 2019, pasar SPDS Indonesia menyumbang 2,37 milliar dollar AS atau sekitar 30 persen dari total pendapatan sektor SPDS ASEAN, diikuti Malaysia (18 persen) dan Thailand (17 persen). Pada 2025, pendapatan pasar SPDS Indonesia diperkirakan 5 milliar dollar AS dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 16 persen.
“Segmen pasar ini merupakan bagian penting dari industri logistik karena perannya dalam ekspansi e-dagang yang pesat dan pertumbuhannya dipercepat oleh pandemi Covid-19. Kami juga melihat peran penting badan usaha milik negara dalam pengembangan segmen pasar ini,” kata Sekretaris Jenderal OECD Matthias Cormann melalui siaran pers. ASEAN Untuk itu, OECD merekomendasikan agar ASEAN terus meningkatkan integrasi antara logistik dan e-dagang. Termasuk di dalamnya juga melibatkan pelaku usaha kecil menengah (UKM) dan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di sektor logistik untuk menggarap pasar SPDS tersebut di tengah persaingan dengan perusahaan-perusahaan logistik lain. Sejumlah perusahaan logistik swasta, baik lokal, regional, maupun internasional, telah berperan aktif dt pasar SPDS lokal. Ini antara lain PT. POS, ninjaxpress, REX, Lion Parcel, Star Cargo, RPX, dan SAP. OECD juga menyebutkan, pada 2019, heberapa BUMN sejumlah negara di ASEAN juga masuk dalam sepuluh besar pemain di sektor SPDS ASEAN, yaitu Singapore Post, Thailand Post, Vietnam Post, dan POS Malaysia. Adapun PT POS lndonesia (Persero) dinilai perlu lebih mengoptimalkan asetnya yang tersebar hingga pelosok daerah untuk menumbuhkan e-dagang. khususnya pasar SPDS Indonesia. Pangsa pasar SPDS di Indonesin diperkirakan tumbuh 15 persen. Hampir 62 persen dari total pendapatan PT. Pos Indonesia berasal dari bisnis surat (42 persen) dan parsel (58 persen). Bisnis pengiriman surat Pos Indonesia turun 3 persen pada 2018, sedangkan pengiriman paket meningkat sebesar 31 persen. Dalam kunjugannya ke Kantor PT. Pos Indonesia di Bogor, Jawa Barat. pada 11 September 2021, Menteri BUMN Erick Thohir berharap agar PT Pos Indonesia mengoptimalkan aset-asetnya yang berada di lokasi-lokasi strategis untuk menjadi sentral distribusi e-dagang. “Titik-titik lokasi aset Pos Indonesia ini luar biasa dan memiliki keunggulan sebagai sentral distribusi dengan titik tercepat dan terdekat,” ujar Erick dalam siaran pers di Jakarta. Saat ini, PT Pos Indo-nesia memiliki sekitar 24.000 titik layanan yang menjangkau semua kabupaten/kota, hampir semua kecamatan dan sekitar 42 persen kelurahan/desa, serta 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. PT Pos Indonesia juga telah memiliki 4.800 kantor pos daring di beberapa kota hesar. Google, Temasek, dan Brain dalam laporannya, “Economy ASEAN 2020”, menunjukkan, transaksi bruto perdagangan barang melalui e-dagang di Asia Tenggara pada 2020 se-nilai 62 miliar dollar AS, meningkat 63 persen secara tahunan. Pada 2025, transaksinya diperkirakan 172 miliar dollar AS. Lebih dari sepertiga transaksi e-dagang tersebut berasal dari konsumen baru.